Rangkaian Elektronika dan Mikrokontroller Dasar

Daya Listrik

Setelah memahami 3 besaran utama dan hubungan ketiga nya melalui rumus hukum ohm, maka selanjutnya memahami apa itu Daya Listrik.
Ketika arus listrik mengalir pada penghantar listrik atau hambatan, maka pada hambatan tersebut timbul panas, makin besar tegangan yang terdapat pada resistor (atau R beban) makin besar panas nya, makin besar arus yang mengalir juga akan besar panas nya.
Dalam teknik listrik, Daya Panas yang terjadi itu di nyatakan dalam Watt. Dalam praktek listrik bisa di ubah menjadi 
1. Panas seperti pada resistor, pada setrika listrik
2. Menjadi cahaya pada lampu,
3. Menggerakkan baling baling seperti pada kipas angin
4. Menggerakkan baling turbin seperti pada pompa air
5. Menggerakk kompressor sehingga menjadi dingin pada kulkas/AC
6. Menjadi pengolah sinyal gambar seperti TV
7. Menjadi penguat sinyal suara, seperti pada ampifier
8. dll dll.
Semua itu memerlukan tegangan dan arus,
Besar nya tegangan dan arus untuk keperluan keperluan di atas di nyatakan dengan rumus :
P = V x I
P =Daya Listrik (watt)
V = Tegangan (Volt)
I = Kuat Arus (Ampere)
Kalau rumus nya di bolak balik maka :
V = P/I atau I = P/ V
  1. Misalkan sebuah setrika Listrik membutuhkan tegangan 220 V dan Arus sebesar 1,3 A, maka pada setrika tersebut timbul daya listrik sebesar = 286 watt.
  2. Sebuah solder mempunyai watt = 40 watt, tegangan nya 220 V, kalau solder tersebut di colokkan ke listrik 220V, maka akan mengalir sebesar ... I = P/V = 40 /220 = 0,183 Ampere.
  3. Sebuah AC membutuhkan tegangan 220 V dengan watt sebesar 750 watt, maka kuat arus yang mengalir jika di hidupkan akan sebesar : I = P/V = 750 / 220 = 3,41 Ampere.
  4. Sebuah Lampu motor mempunyai tegangan 12 V, sementara lampu depan nya mempunyai Daya = 20 watt, Jika di hidupkan lampu tersebut akan membutuhkan/menarik arus sebesar = I = P/V = 20 / 12 = 1,67 A

Karena Tegangan, Kuat Arus dan Hambatan mempunyai hubungan rumus hukum ohm, maka rumus daya pun dapat di masukkan sebagai berikut :
P = V x I .............. di mana V = I x R,
maka :
P = (I x R) x I
P = I kuadrat x R
atau bisa juga :
P = V x I .............. dimana I = V/R, maka :
P = V x V / R
P = V kuarat / R

Saya akan bahas tentang watt pada resistor :
di atas sudah di tegaskan jika sebuah resistor di beri tegangan, maka mengalir arus, tegangan dan arus pada resistor tersebut menimbulkan daya berupa panas.
Karena itu di pasaran di jual resistor - resistor dengan berbagai "Kemampuan di beri daya"
Di pasaran di jual dengan berbagai kemampuan di beri daya :
1. Ada yang 0.25 Watt (seperempat watt)
2. Ada yang 1/2 watt (yang paling banyak di pakai)
3. Ada yang 1 Watt
4. Ada yang 2 Watt
5. Ada yang 5 Watt
6. dll.
Apabila daya yang terjadi lebih besar dari kemampuan nya maka resistor tersebut bisa rusak/terbakar.
Contoh :
1. Pada rangkaian kita memberikan sebuah resistor 100 ohm dengan kemampuan di beri daya sebesar 1/2 watt, kita berikan tegangan sebesar 12 Volt, maka :
Jawab :akan mengalir arus sebesar =>> I = V / R = 12 / 100 = 0,12 A
timbul daya berupa panas sebesar ==> P = V x I = 12 x 0,12 = 1,44 Watt
maka di pastikan resistor akan terbakar.

2. Pada rangkaian kita memberikan tegangan 12 V pada sebuah resistor 1K ohm dengan watt 1/4 watt, maka :
Jawab:akan mengalir arus sebesar =>> I = V / R = 12 / 1.000 = 0,012 ampere
timbul daya berupa panas sebesar = => P = V x I = 12 x 0,012 = 0,144 watt
karena daya yang timbul 0,144 watt, sementara kemampuan di beri daya nya 1/4 watt = 0,25 watt maka. resistor tersebut hangat hangat sedikit tetapi tidak terbakar ... (malah mungkin tidak terasa panas nya)

Sumber Elektronika Dasar by Bpk. Sarono 

Halaman Berikutnya
« Prev Post
Halaman Sebelumnya
Next Post »

Posting Komentar